Perekonomian Indonesia memasuki fase baru
Merdeka.com - Turbulensi yang tengah dihadapi perekonomian
Indonesia saat ini merupakan fase yang harus dilalui untuk menemukan titik
equilibrium yang baru. Fase saat ini bukan lagi fase mendorong pertumbuhan
ekonomi, melainkan menekan pertumbuhan ekonomi agar tetap stabil di tengah
gejolak perekonomian dunia.
Fase
ini juga dipercaya akan merubah pola industri perbankan dalam mengembangkan
bisnisnya. Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaadmaja mengakui,
perubahan fase ini akan berpengaruh terhadap kinerja perbankan. Utamanya dalam
menghimpun dana masyarakat dan penyaluran kredit.
"Laba
bukan siklus. Dari segi profitabilitas kuartal I 2013 kecil, tapi nanti terus
meningkat sampai akhir tahun. Ini era baru, beda. Jadi tidak tahu bagaimana ke
depan," kata Jahja di Jakarta, Senin (23/9).
Sebagai
upaya menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri agar tetap stabil di tengah
gejolak perekonomian global, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan menaikkan
suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 7,25 persen secara bertahap dari semula
5,75 persen.
Naiknya
suku bunga acuan BI berdampak pada kenaikan suku bunga simpanan dan suku bunga
kredit. Dengan naiknya suku bunga kredit, otomatis sektor industri akan
berhitung ulang dalam mengembangkan bisnisnya mengingat pelaku industri harus
mengembalikan pinjaman bank dengan bunga yang lebih tinggi. Kondisi inilah yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat.
Meskipun demikian, pemerintah
juga sedang berupaya menekan laju pertumbuhan ekonomi agar defisit transaksi
berjalan bisa diupayakan berada di bawah 2 persen, kebijakan ini pun dipercaya
akan berimbas pada sektor perbankan Tanah Air.
Catatan: Wacana yang
diberi stabilo kuning dan Tulisan merah menandakan paragraf Induktif
NB: Masih dalam tahap pembelajaran, mohon maaf apabila ada isi yang sifatnya
merugikan pihak lain atau pelanggaran hak cipta, dikarenakan masih dalam tahap
pembelajaran.
Rifa ‘atul Makhmuda
29211006
3EB24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar